Sabtu, 09 Maret 2013

Caffein



Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui prinsip kerja dari obat stimulansia SSP dan gejala klinis yang menyertainya.

Metodologi
a.       Stimulansia  cortex  cerebri, medulla oblongata dan medulla spinalis
Melakukan pemeriksaan fisiologis katak normal (posisi tubuh, reflex, rasa nyeri, tonus, frekuensi nafas dan jantung). Menyuntikkan kafein  ( stimulansia cortex cerebri) , cardiazole (stimulansia oblongata), strichnin (stimulansia medulla spinalis) secara subkutan pada daerah abdominal tiga katak yang berbeda melalui saccus limphaticus femoralis dengan dosis bertingkat mulai 0,05 ml ; 0,1 ml ; 0,2 ml dst. Setelah itu, mengamati perubahan fisiologis katak setiap 10 menit pada setiap dosis penyuntikan. Menhentikan pemberian obat dan pengamatan setelah terjadi konvulsi pada katak. Setelah itu, merusak otak katak satu per satu mulai dari cortex cerebri, medulla oblongata dan medulla spinalis untuk mengetahui titik tangkap kerja dari obat tersebut.
b.      Stimulansi cortex cerebri pada mencit
Melakukan pemeriksaan fisiologis normal (aktivitas tubuh, reflex, salivasi,defekasi, tonus otot, frekuensi nafas dan jantung. Setelah itu, menyuntikkan secara sekutan amphetamine pada daerah punggung dengan dosis bertingkat mulai 0,05 ml ; 0,1 ml ; 0,2 ml dst. Kemudian mengamati perubahan fisiologis mencit setiap 10 menit pada setiap dosisi penyuntikkan.

Pembahasan caffeine
                Caffeine adalah suatu obat stimulasi yang bersifat psikoaktif dari golongan xanthine-alkaloid yang berwarna putih. Caffeine dimetabolisme di hati oleh sitokrom P450 oksidasemenjadi tiga metabolit, yaitu paraxanthine, theobromine dan theophyline. Obat ini dapat menembus sawar otak dan mempengaruhi pembuluh darah di otak, sehingga badan dan otak “tidak bisa tidur”, menyebabkan pelepasan adrenalin ke tubuh dan membuat sel-sel selau aktif dan terjaga. Obat ini juga memanipulasi pelepasa dopamine di otak dan membuat perasaan menjadi tenang dan “melayang”.(medical-dictionary.thefreedictionary.com)
                Penambahan caffeine terus menerus akan memblokade kerja adenosine karena molekul caffeine yang mirip dengan adenosine dan menempati reseptor adenosine (hormone ini melambatkan kerja syaraf menjelang waktu istirahat). Gejal overdosis caffeine tidak seperti obat stimulansia yang lain. Dimulai dari tingkat yang paling rendah adalah halusinasi, disorientasi dan disinhibisi. Pada dosis yang lebih tinggi lagi akan menyebabkan rhabdomyolisis (kerusakan dari jaringan otot). (www.coolquiz.com)
                Pada percobaan, katak mengalami konvulsi pada menit ke-25 dengan dosis 0,8 ml. pada tahap ini, pernapasan menjadi sangat rendah dan denyut jantung sudah sangat pelan hampir tidak terasa karena adanya fibrilasi ventrikuler. Kematian katak ditandai dengan penegangan semua otot-otot pada tubuh katak dan kejang yang simetris dan ada fase istirahat di ekstremitas.
                Penggunaan obat ini relative aman, karena perubahan fisiologis dari penambahan obat dapat dikontrol dan tingkat toksik yang akan tercapai pada penggunaan dosis yang tinggi, sehingga dosis dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan dan tujuan terapeutik.

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar