Kamis, 01 Mei 2014

Bedah Ovariohisterektomi



PENDAHULUAN
  
Latar Belakang 
Peningkatan populasi hewan dalam jumlah besar menjadi masalah tersendiri bagi kesehatan manusia, terutama hewan kecil seperti anjing dan kucing karena hewan-hewan tersebut dapat menularkan dan membawa berbagai agen penyakit. Salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan di atas adalah melakukan tindakan sterilisasi pada anjing maupun kucing baik pada jantan maupun betina. Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan dengan hanya mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau mengangkat ovarium beserta dengan uterusnya (ovariohisterectomy).
Ovariohisterectomy merupakan istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy dan histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan histerectomy adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan uterus dari rongga abdomen. Ovariohisterctomy dapat juga dilakukan untuk terapi pengobatan pada kasus-kasus reproduksi seperti pyometra, endometritis, tumor uterus, cyste, hiperplasia dan neoplasia kelenjar mamae. Tindakan bedah ini akan memberikan efek pada hewan seperti perubahan tingkah laku seperti hewan tidak berahi, tidak bunting, dan tidak dapat menyusui. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal.
            Ovariohisterektomi dapat dilakukan pada hampir semua fase siklus reproduksi, tetapi yang paling baik dilakukan sebelum pubertas dan selama fase anestrus. Ovariohisterektomi paling berbahaya dilakukan pada saat estrus dan pregnansi, serta pada betina tua yang gemuk. Umur 4 – 6 bulan merupakan waktu paling tepat untuk melakukan spaying karena hewan sudah bisa dianestesi. Anjing betina dewasa 3-4 bulan setelah estrus dan 6-8 minggu setelah melahirkan merupakan waktu yang tepat unutk dilakukan spaying. Teknik pembedahan ovariohistrektomi dilakukan dengan laparotomi medianus yaitu suatu prosedur pembedahan untuk membuka rongga abdomen. Hewan harus dipuasakan lebih kurang 12 jam karena akan dilakukan anestesi umum.    
          Komplikasi yang biasa terjadi pada saat bedah ovariohisterectomi adalah Perdarahan, terjadi akibat dari ligasi yang kurang sempurna dan tidak benar. Infeksi karena prosedur operasi dilakukan secara tidak aseptis sehingga dapat menyebabkan peritonitis. Estrus berulang dan pseudoestrus, keadaan ini dikaitkan dengan adanya vulvitis kronis disertai discharge yang mengotori daerah perianal. Inkontinensia urin dan Eunuchoid syndrome yaitu perubahan tingkah laku dimana hewan lebih jinak.


Tujuan 
Tujuan praktikum adalah untuk melatih keterampilan dalam prosedur bedah dan mempelajari serta mempraktikkan tata cara ovariohisterektomi yang benar untuk mencegah meningkatnya populasi hewan atau sebagai terapi, karena adanya tumor pada ovarium, kista ovary, tumor pada uterus, atau pyometra.

MATERI DAN METODE

Bahan dan Alat 
Bahan-bahan yang digunakan adalah kucing, xylazine 2%, atropin sulfat, ketamin, betadine, iodium tingtur 3%, alkohol 70%, larutan NaCl fisiologis, amoxilin, tetrasiklin.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah satu set pelatan bedah minor (scalpel, blade, gunting tumpul-tajam bengkok, gunting tumpul lurus, pinset anatomis,pinset sirurgis, needle holder, arteri clamp anatomis dan sirurgis, towel clamp), dua set perlengkapan bedah untuk operator dan asisten operator, catgut double strand 3/0, benang silk , lap, tampon, alat pencukur rambut, kassa, kain penutup/duk, gurita, stetoskop, termometer, perban, plester, meja dan lampu operasi, timbangan, dan syringe/ spoit.


Metodologi

Preparasi Perlengkapan  Operasi
Preparasi perlengkapan operasi dilakukan 5 hari sebelum operasi yaitu pada hari kamis. Alat bedah minor dimasukkan dan ditata dalam bak instrumen, yang terdiri dari 4 towel clamp, 2 pinset anatomis dan sirurgis, 1 gagang scalpel, 3 gunting, 4 tang arteri lurus anatomis, 2 tang arteri bengkok anatomis, 1 tang arteri lurus sirurgis, 1 tang arteri lurus anatomis, dan 1 needle holder. Baju operasi, sikat, lap, duk, sarung tangan dan masker ditata dibungkus dengan dua lapis muslin dan diberi tanda kelompok. Sterilisasi alat dilakukan dengan memasukkan peralatan kedalam sterilisator dengan suhu 100oC selama 1 jam / 121oC selama 15 menit. Peralatan yang telah disterilisasi digunakan pada saat operasi. Peralatan disusun sesuai dengan urutan yang dilakukan oleh asisten satu. Peralatan digunakan operator sesuai dengan fungsinya.


Preparasi Hewan Coba
          Kucing yang sudah dipuasakan ditimbang untuk menentukan dosis premedikasi dan anastetik yang akan diberikan. Kucing disuntikan atropin sulfat dengan dosis 0.2 mg/kg BB sebagai premedikasi lalu dibiarkan selama 10 menit. Setelah itu, kucing disuntikan anastetik yang digunakan untuk trasquilizer yaitu xylazine 2% dengan dosis 0.2 mg/kg BB dan ketamin dengan dosis 0.2 mg/ kg BB. Antibiotik yang digunakan adalah oxytetracyclin dengandosis 0.56 mg/kg BB dan penicillin (topical). Desinfektan yang digunakan adalah alkohol 70% dan iodium tinkture 3%.
          Preoperasi dilakukan pemeriksaan fisik pada kucing meliputi temperatur, frekuensi jantung, frekuensi respirasi, Capillary Refill Time (CRT), dan tonus otot. Pembiusan dilakukan dari tahap premedikasi, induksi, dan maintenance. Kucing yang sudah terbius dilakukan pencukuran daerah orientasi di sekitar sayatan. Daerah orientasi yang sudah dicukur diolesi desinfektan yaitu alkohol 70% kemudian iodin tincture 3%. Perubahan-perubahan pada kucing diamati setiap 10 menit sampai waktu pemulihan ketika kucing mulai sadar. Perubahan-perubahan fisiologis yang diamati meliputi frekuensi nafas, frekuensi jantung, temperatur, CRT, warna mukosa, tonus otot pipi, reflek kaki dan reflek pupil.

Preparasi Operator dan Asisten
          Operator dan asisten 1 diberikan pengarahan oleh dosen penanggung jawab praktikum sbelum operasi dimulai. Operator dan asisten memakai tutup kepala dan masker dilanjutkan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan menyikat jari-jari kedua tangan kanan dan kiri, bagian lengan, membilas tangan dengan air dengan arah dari ujung jari ke lengan yang dilakukan 10-15 kali. Kran air ditutup menggunakan siku. Tangan dikeringkan menggunakan handuk tiap sisi untuk tiap tangan, selanjutnya membuka perlengkapan bedah. Baju operasi dipakai dengan bantuan asisten selanjutnya memakai glove dan operasi siap dilakukan.
 

Operasi
            Penyayatan pertama yang dilakukan yaitu penyayatan pada kulit 1 cm di caudal dari umbilikal, panjang sayatan yaitu 2-3 cm. Setelah kulit tersayat cari linea alba yang berupa garis putih menghubungkan tulang rawan xiphoid – tendon pubis, dengan menggunakan scalpel secara lurus kemudian dilanjutkan dengan gunting tumpul di sisi dalam ke arah cranial untuk menghindari perlukaan organ dalam. Penyayatan dilakukan sepanjang 3-5 cm diukur dari 1 cm dari os pubis ke arah cranial. Urutan dari otot yang akan terkoyak pada laparotomi medianus posterior adalah aponeurose, musculus obliquus abdominis externus et internus, dilanjutkan lapisan peritoneum. Setelah rongga abdomen terbuka, dilakukan pencarian cornua uteri dan disusuri sampai ditemukan ovarium baik yang kiri maupun yang kanan, setelah ovarium ditemukan sayat penggantung kemudian arteri di klem dan diikat menggunakan benang catgut, potong tepat ditengah antara klem arteri. Lakukan hal yang sama untuk ovarium disisi sebelahnya. Cornua uteri dipegang kemudian diklem dan diikat pada bagian corpus uteri, potong crpus uteri tepat ditengah antara klem arteri, pastikan arteri terikat dengan benar untuk menghindari pendarahan didalam rongga abdomen. Masukkan kembali usus yang keluar, selanjutnya jahit bagian otot, lemak dan kulit.  Antibiotik penicilin 50.000 IU diberikan secara topikal. Lakukan penjahitan pada lapisan peritoneum dan linea alba menggunakan jarum berpenampang bulat dan benang catgut 3/0 chromic dengan tipe jahitan sederhana (simple suture). Penutupan peritoneum dengan aponeurose otot dijahit menggunakan cat gut 3/0. Lalu penjahitan kulit dan subkutis dengan menggunakan silk 3/0. Pendarahan yang terjadi selama proses operasi dapat ditekan dengan penjepitan arteri menggunakan klem arteri. Penjahitan dimulai dari bagian ujung perlukaan, kemudian bagian tengah, diulangi ke ujung sampai luka tertutup. Setelah penjahitan selesai, antibiotic penisilin diberikan secara topikal ke bagian luka. Antibiotik juga diberikan sebelum penjahitan dilakukan. Luka jahit diolesi dengan salep (ichtiol dan levertran) untuk menunjang persembuhan.


  
Post Operasi
Perawatan post operasi dilakukan dengan  memperhatikan frekuensi jantung, frekuensi nafas, suhu tubuh, warna membran mukosa, perdarahan, rasa nyeri, keadaan luka, feses dan urinasi. Pemberian antibiotik amoksilin 2x sehari pagi dan malam minimal 3 hari. Perban dibuka jika luka terlihat sudah sembuh. Menjaga kebersihan kandang dan pemberian makanan dan minuman yang benar akan mempercepat proses persembuhan hewan. Pembukaan jahitan dilakukan hari ke-7 post operasi.


TINJAUAN PUSTAKA

Ovariohisterektomi adalah operasi pengeluaran organ reproduksi berupa ovarium dan uterus dari rongga abdomen. Operasi ini selain untuk mengurangi populasi, juga untuk terapi penyakit yang ada di dalam organ-organ reproduksi. Ovariohisterectomy (OH) istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy dan histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan pengamputasian, mengeluarkan dan menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan Hysterectomy adalah tindakan pengamputasian, mengeluarkan dan menghilangkan organ uterus dari dalam tubuh. Jadi ovariohisterectomy merupakan tindakan bedah / operasi pengangkatan organ reproduksi betina dari ovarium sampai dengan uterus. Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah abdominal (flank) bagian posterior, tepatnya di anterior dari vesica urinaria.
Indikasi ovariohisterectomy (OH) yaitu sterilisasi, penyembuhan penyakit saluran reproduksi (pyometra, tumor ovary, cysteovary) tumor uterus (leiomyoma, fibroma, fibroleiomyoma), tumor mammae, veneric sarcoma, prolapsus uterus dan vagina, hernia inguinalis, modifikasi tingkah laku agar mudah dikendalikan, lebih jinak, membatasi jumlah  populasi ( Komang WS 2011).
Tindakan operasi yang dilakukan tanpa memperhatikan prosedur dan kebersihan maka secara tidak sengaja akan menimbulkan berbagai hal diantaranya terjadi komplikasi akibat perdarahan karena pembuluh darah ovarium yang rupture ketika ligamentum suspensorium ditarik, terjadinya Ovariant remnant syndrome sehingga dapat menyebabkan hewan tetap estrus  pasca ovariohysterectomy karena pengambilan ovarium pada saat operasi yang tidak sempurna, uterine stump pyometra, inflamasi dan granuloma, fistula pada traktus reproduksi terjadi karena berkembang dari adanya respon inflamasi terhadap material operasi (benang), urinary incontinence menyebabkan tidak dapat mengatur spincter vesica urinary karena adanya perlekatan (adhesi) atau granuloma pangkal uterus (sisa) yang mengganggu fungsi spincter vesica urinary (Noviana D et al. 2011).
Sediaan anaesthetikum yang banyak digunakan adalah kombinasi ketamin-xylazin. Kombinasi ini memiliki banyak keuntungan, diantaranya ekonomis, aplikasinya mudah, induksinya cepat begitu juga pemulihannya, mempunyai pengaruh relaksasi otot yang baik, serta jarang menimbulkan komplikasi klinis (Benson et al. 1985).

HASIL DAN PEMBAHASAN

          Kucing yang akan dioperasi dilakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu untuk mengetahui status kesehatan secara keseluruhan dari hewan yang meliputi signalement dan status present. Kucing domestic short hair umur ›2 tahun yang akan dioperasi memiliki temperamen yang agresif dan ganas dengan perawatan baik, suhu tubuh dan nafas preoperasi tidak mengalami perubahan, namun frekuensi nadi mengalami peningkatan sedikit peningkatan, hal ini kemungkinan disebabkan kucing stress akibat restrain pada saat pemeriksaan fisik.
Signalement
Nama Hewan                                      :Momoi
Jenis Hewan                                       : Kucing
Ras                                                     : Domestic short hair
Warna Rambut dan kulit                     : Putih – orange
Jenis Kelamin                                     : Betina
Umur                                                   : > 2 tahun
Berat badan                                         :  2 kg
Status Present
Keadaan umum  :
                         Perawatan                  : Baik
                         Habitus                       : Agresif, Ganas
                        Gizi                             : Baik
                        Pertumbuhan badan    : Baik
                        Sikap berdiri                : Tegak pada keempat kaki
                        Suhu                            :  37.6 oC, normal
                        Frekuensi nadi             :  96/menit, normal
                        Frekuensi nafas           :  72 /menit, normal
                        CRT                            : 1 detik
                       Adaptasi lingkungan    : Takut

Perhitungan dosis :
Jumlah yang diberikan =  bobot badan x dosis
konsentrasi

Atropin Sulfat = 0,025 mg/kg x  2kg =  0,2  ml
                                     0,25 mg/ml    
Xylazine          =      2 mg/kg x  2 kg    =   0,2 ml
                                    20 mg/ml             
Ketamine         =    10 mg/kg x  2 kg   =    0,2 ml
                                    100 mg/ml      

Kucing diperiksa secara umum untuk mengetahui suhu, frekuensi jantung dan frekuensi nafasnya. Kemudian kucing diberi preanaesthesi dengan atropin sulfat untuk mencegah muntah saat operasi, karena atropin menyebabkan blokade reversibel  kerja kolinomimetik mempengaruhi motilitas usus, bronkodilatator, dan mencegah terjadinya hipersalivasi (Katzung 2001).
Anestesi umum yang digunakan yaitu kombinasi ketamin dan xylazine. Pemilihan anestesi umum ini harus sesuai dengan syarat anestesi yaitu antara lain; 1) tidak bergantung pada mekanisme metabolisme di dalam tubuh untuk menghancurkan dan mengeliminasinya, 2) proses pengindukan yang cepat , kedalaman anestesi yang dapat cepat dirubah dan masa pemulihan yang cepat, 3) tidak menekan pusat respirasi dan jantung, 4) tidak mengiritasi jaringan tubuh, 5) murah, stabil, tidak mudah meledak dan terbakar, 6) tidak membutuhkan peralatan tertentu untuk mengaplikasikannya, 7) durasi lama dan onset cepat. Anestesi umum dilakukan untuk menghilangkan kesadaran hewan, menghilangkan rasa sakit, memudahkan pelaksanaan operasi dan menjaga keselamatan operator maupun hewan itu sendiri.
 Pembiusan anestetikum harus memperhatikan ukuran relatif hewan, umur hewan, dan kondisi fisik. Xylazine mempunyai daya kerja sebagai hipnotikum, anoksia, analgesia, muscle relaxan berpengaruh terhadap sistem kardiovascular. Sedangkan ketamin merupakan golongan anestetikum disosiatif, mempunyai margin of safety yang cukup luas, mendepres fungsi respirasi, menyebabkan adanya reflek menelan. Anestesi diberikan secara intra muscular. Mengurangi efek dari anestetikum ini sebaiknya diberikan medikasi preanestetic yaitu dengan menggunakan sulfas atrophin. Sulfas atrophin merupakan anti cholinergica yang kerjanya memblokir kerja acetilcholin pada terminal-terminal ganglion dan syaraf otonom, mengurangi kerja kelenjar saliva dan bronkhial serta meningkatkan kerja jantung.
Tujuan premedikasi adalah untuk mengurangi jumlah anestetikum umum yang diperlukan dan meningkatkan batas keamanan; mengurangi rasa takut, menenangkan pasien dan membantu terciptanya keadaan bebas cekaman sehingga mempermudah pemberian anestetikum; mengurangi sekresi kelenjar saliva dan kelenjar selaput lendir saluran pernafasan; mengurangi pergerakan lambung dan usus serta mencegah muntah ketika pasien dalam keadaan tidak sadar; menghambat refleks vaso-vagal sehingga mencegah perlambatan dan henti denyut jantung; mengurangi rasa sakit, rontaan dan rintihan selama masa pemulihan.
Menurut Ganiswara (1995), medikasi pre-anestetik bertujuan untuk mengurangi efek negatif dari anestesi seperti mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradycardia, muntah sebelum dan sesudah operasi, kecemasan, memperlancar induksi, dan mengurangi keadaan gawat anestesi . Penggunaan kombinasi ketamin dan xylazine ini harus hati-hati karena memberikan efek samping seperti meningkatkan cardiac output, tachycardia, hipotensi, hipersalivasi, meningkatkan kontraksi dan konvulsi otot pada kucing serta mengakibatkan defisiensi hati dan ginjal. Oleh karena itu, pemeriksaan hewan sebelum dilakukan operasi sangat penting untuk memastikan hewan benar-benar dalam keadaan sehat. Namun pemberian kombinasi dari kedua anastesi ini juga bertujuan untuk mencegah vomitus.
 Monitoring selama operasi dilakukan oleh asisten dengan tugas masing-masing. Monitoring meliputi frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan suhu tubuh. Secara umum frekuensi jantung, nafas dan suhu tubuh mengalami penurunan. Monitoring hewan selama operasi dapat dilihat pada tabel 1. 

Tabel1 Monitoring pada saat operasi ovarihiosterektomi

Data monitoring preoperasi dan selama operasi
Menit ke-
Suhu (°C)
Frekuensi jantung (x/menit)
Frekuensi nafas (x/menit)
0
37,5
96
72
15
35,1
132
24
25
35,1
112
28
35
33,8
100
16
45
34,1
104
24
55
33,6
112
24
65
33,1
112
20
75
32,8
116
20
85
32,6
136
20
 
Suhu tubuh mengalami penurunan terus menerus selam operasi sampai pada 32.6 °C. Suhu normal kucing adalah sekitar 37,7 – 39,4 0C (Anonim 2010a), penurunan suhu yang drastis disebabkan oleh metabolisme tubuh selama operasi, penanganan yang dilakukan untuk mengatasi penurunan suhu ini dengan melakukan kompres air hangat. Frekuensi jantung mengalami  penaikan kemudian turun, pada awal terjadi kenaikan hal ini disebabkan karena ketamin belum memberikan efek, efek ketamin baru terlihat pada menit ke 45 pada saat operasi. Peningkatan frekuensi jantung tidak begitu signifikan. Frekuensi nafas pada awalnya tinggi melewati batas normal, perlahan menurun sampai pada batas normal.
Pemeriksaan kucing post operasi dilakukan selama 4 hari dimulai pada hari selasa pasca operasi. Frekuensi nafas, jantung dan suhu tidak mengalami perubahan yang signifikan, kucing mulai defekasi pada hari pertama. Hasil pemeriksaan post operasi dapat dilihat pada tabel 2.

 

Tabel 2 Hasil pemeriksaan post operasi ovariohisterektomi
Parameter
Pemeriksaan post operasi hari ke -
I
II
III
IV
P
M
P
M
P
M
P
M
Nafas
28
32
28
32
32
32
32
32
Jantung
96
92
104
104
100
104
102
100
Suhu
37.6
38.3
38.2
38.7
38.5
37.8
38.4
38.1
Makan
-
+
+
+
+
+
+
+
Urinasi
+
+
+
+
+
+
+
+
Defekasi
-
+
+
+
+
+
+
+
+: Kucing mulai makan, urinasi dan defekasi; -: Kucing mengalami belum defekasi


Monitoring post operasi dilakukan dengan mengamati suhu, frekuensi jantung, frekuensi napas, defekasi, urinasi dan intake makanan. Pada hari pertama kucing tidak mau makan, maka pemberian pakan dilakukan dengan cara dicekok dengan pakan kucing basah selain itu kucing juga tidak mau minum. Untuk mengatasi ini kucing diberikan air gula sebanyak 10-15 cc/hari. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kucing tidak dehidrasi.
Frekuensi jantung, nafas dan suhu post operasi masih dalam batas normal. Hari pertama setelah operasi suhu tubuh 37.6 oC dan mengalami kenaikan pada hari berikutnya. Suhu normal kucing adalah sekitar 37,7 – 39,4 0C (Anonim 2010a), Peningkatan ini tidak sampai melewati batas normal. Frekuensi jantung hari pertama pasca operasi 96 x/menit, pada malam harinya mengalami penurunan menjadi 92 x/menit dan mulai stabil pada hari ke-2 yaitu berkisar 102 x/menit sampai 104 x/menit. Frekuensi nafas kucing mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak begitu signifikan. Frekuensi napas normal kucing adalah 20-30 /menit (Anonim 2010). Peningkatan suhu terjadi pada hari ke-2 dan bertahan sampai hari ke 4 yaitu 32x/menit.
Kucing masih menolak makanan pada hari pertama kemungkinan hal ini disebabkan karena pengaruh dari anestesi yang dilakukan pada saat operasi. Keadaan kucing terlihat lemas dan belum bisa berjalan sempurna. Keadaan ini berlangsung selama kurang lebih 24 jam setelah operasi. Setelah 24 jam kucing sudah mulai makan. Kucing mulai urinasi pada hari pertama (12 jam setelah operasi) dan defekasi pada hari kedua setelah operasi. Urin kucing terlihat normal, begitu juga dengan feses. Kucing mulai defekasi pada hari kedua dengan konsistensi sedang.  Selama empat hari hewan diberikan antibiotik amoxicilin sebanyak 2 cc. Perban dan luka mulai kering pada hari ke 3.

KESIMPULAN

Ovarihisterektomi diindikasikan untuk pengobatan pada organ reproduksi seperti tumor pada ovarium. Ovarihisterektomi harus dilakukan dengan hati-hati karena bahaya yang dapat ditimbulkan akan fatal sampai menyebabkan terjadinya kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010a. Aneka Kucing. [diunduh 2014 April 27] tersedia pada: http://aneka-kucingcomdata-fisiologis-kucing kesayangan anda_12.html.

Benson GJ, Thurman WJ, Tranguilli, and CW Smit. 1985. Cardiopulmonary effects of an intravenous infusion of quaifenesin, ketamine, and xylazin in dogs. J. Vet Res. 49(9).

Ganiswarna SG. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Universitas Indonesia Pr.

I Komang WS, Diah K. 2011. Bedah Veteriner. Surabaya (ID): Unair Pr.

Katzung BG. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Unair Pr. 
Noviana D, Gunanti, Jelantik, Hanira NRF. 2006. Pengaruh anestesi terhadap saturasi oksigen (SpO) selama operasi ovariohisterektomi kucing. J Sains Veteriner. 24(2):267. 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar